FUNGSIONALITAS WHEY SEBAGAI PEPTIDA BIOAKTIF


PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi dan industri sekarang ini, tidak hanya memberi pengaruh pada aspek ekonomi, tetapi juga pada perkembangan peradaban manusia, antara lain gaya hidup. Secara langsung maupun tidak langsung gaya hidup memberi andil terhadap pola konsumsi dan jenis pangan yang dikonsumsi. Dampak dari keadaan ini menimbulkan kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan berbagai jenis pangan yang dapat memenuhi selera konsumen. Implementasi perkembangan ini berdampak pada kualitas kesehatan sebagian orang yang lebih rentan pada sakit terutama penyakit regeneratif yang disebabkan oleh pola makan, stress dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung bagi kesehatan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan munculnya berbagai permasalahan yang disebabkan oleh proses bertumbuhnya peradaban juga mulai memicu berbagai kalangan untuk mencari berbagai alternatif yang menguntungkan yang dapat menunjang dan mempertahankan keberlanjutan  manusia. Perkembangan teknologi sangat besar peranannya dalam membantu kegiatan manusia menjelajahi berbagai peluang pemanfaatan potensi sumber daya alam yang ada untuk mendukung tujuan tersebut. Peran pangan sebagai sumber kehidupan makhluk hidup adalah salah satu alternatif yang paling menguntungkan.
Salah satu sumber pangan yang sangat populer adalah susu. Susu mudah mengalami kerusakan karena komponen penyusunnya yang terdiri dari zat-zat bergizi yang juga sangat penting bagi kehidupan mikroorganisme, sehingga untuk memperpanjang masa simpan susu, dilakukan proses pengolahan dan pengawetan.  Proses pengolahan dan pengawetan susu untuk mendapatkan berbagai jenis olahan susu misalnya keju dapat menghasilkan produk samping susu yang dikenal sebagai whey. Menurut Anonim (2014) whey atau laktoserum adalah cairan semi-transparan yang tertinggal selama proses pengendapan dalam pembuatan keju, memiliki warna kuning-kehijauan, rasa yang sedikit asam, dengan aroma yang agak harum.
Produk sampingan hasil pengolahan susu pada dasarnya  adalah limbah yang sangat menggangu karena kandungan bahan organiknya yang tinggi. Sebagaimana Febrisiantosa dkk. (2013) menyebutkan bahwa di beberapa industri, whey dibuang sebagai limbah, dan akumulasi limbah tersebut dapat mencemari lingkungan, karena whey masih mengandung nutrisi atau bahan organik yang merupakan media yang sangat menguntungkan bagi pertumbuhan mikroorganisme (Nawangsari dkk., 2012). Menurut Guimarães et al., (2010) bahwa whey memiliki kandungan biochemical oxygen demand (BOD) 30 – 50 g/L dan chemical oxygen demand (COD) 60 – 80 g/L.  Kemajuan teknologi, kebutuhan pangan yang semakin meningkat dan potensi limbah  dengan kandungan nutri tinggi merupakan peluang pemanfaatan produk samping pengolahan susu sebagai salah satu alternatif sumber pangan potensial.
Potensi ini terkait dengan kandungan protein khususnya whey, seperti imunoglobulin, laktoferin, laktoperoksidase, dan faktor pertumbuhan. Efek kesehatan potensial dari protein susu diperkuat oleh penemuan akhir-akhir ini yang mengarah pada bioaktif peptida yang berbeda-beda. Untuk alasan ini, protein susu kini diakui sebagai sumber biomolekul yang sangat berharga yang meningkatkan nilai nutrisi susu bagi manusia dan promosi kesehatan yang baik (Jabbari et al., 2012).

POTENSI WHEY SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL
Susu mengandung dua sumber utama protein, yaitu kasein dan whey. setelah pengolahan terjadi, kasein adalah protein yang bertanggung jawab untuk pembuatan dadih, sedangkan whey tetap pada lingkungan berair. Komponen whey termasuk beta-laktoglobulin, alphalactalbumin, albumin serum sapi, laktoferin, imunoglobulin, enzim laktoperoksidase, glycomacropeptides, laktosa, dan mineral (Hamaguchi et al., 2009). Protein whey  merupakan protein dengan nilai biologis tinggi, mudah dicerna dan memiliki efisiensi metabolisme yang sangat baik, dan juga mengandung konsentrasi asam amino rantai cabang yang paling tinggi sebagai penyedia sumber protein makanan alami (Pasin and Miller, 2000).
Akhir-akhir ini, penggunaan whey protein lebih diarahkan sebagai sumber pangan fungsional mengingat bahwa whey masih mengandung  sekitar 20% protein susu  (Ko and Kwak, 2009). Protein susu dikenal karena nilai gizinya yang tinggi dan sifat fungsional yang beragam. Protein susu adalah sumber molekul biologis aktif yang dapat memberikan manfaat kesehatan, yang ditemukan pada fraksi kasein dan whey protein (Hamaguchi et al., 2009) dan dapat diisolasi dan dimurnikan secara industri. Protein susu asli menunjukkan berbagai kegiatan biologis (Jäkälä and Vapaatalo, 2010) yang dapat mempengaruhi antara lain fungsi pencernaan, respon metabolik untuk diserap nutrisi, pertumbuhan dan perkembangan organ dan ketahanan terhadap penyakit (Jabbari et al, 2012). Biomolekul protein ditemukan dalam kolostrum dan susu semua mamalia yang dijinakkan tetapi konsentrasinya sangat berbeda antara spesies. Saat ini, selain susu sapi, whey adalah sumber bahan baku industri yang paling dieksploitasi protein bioaktifnya, seperti sifatnya yang ditandai cukup baik dengan teknik pemurnian yang lebih maju dibandingkan dengan senyawa sejenis dari susu hewan lainnya. Whey protein merupakan makanan fungsional yang kompleks yang mencerminkan berbagai potensi aplikasi  terapis yang luas (Bayford, 2010), mengandung komponen yang menyediakan gizi, perlindungan imunologi, dan zat bioaktif (Warner et al. 2001 dalam Ko and Kwak, 2009). Inilah yang menjadi keunggulan biomolekul whey yang menawarkan potensi besar untuk pemanfaatan yang lebih baik dibanding hanya sekedar mengkonsumsi susu saja.
Pangan Fungsional
Dasar pertimbangan konsumen di beberapa negara dalam memilih bahan pangan, bukan hanya bertumpu pada kandungan gizi dan kelezatannya, tetapi juga pengaruhnya terhadap kesehatan tubuh. Saat ini pangan telah diandalkan sebagai pemelihara kesehatan dan kebugaran tubuh. Bahkan bila dimungkinkan, pangan harus dapat menyembuhkan atau menghilangkan efek negatif dari penyakit tertentu. Kenyataan tersebut menuntut suatu bahan pangan tidak lagi sekadar memenuhi kebutuhan dasar tubuh (yaitu bergizi dan lezat), tetapi juga dapat bersifat fungsional. Dari sinilah lahir konsep pangan fungsional (functional foods), yang akhir-akhir ini sangat populer di kalangan masyarakat dunia (Doyon and Labrecque, 2008).  Kepopuleran tersebut ditunjang oleh suatu keyakinan bahwa di dalam pangan fungsional terkandung zat gizi- dan zat-zat non gizi yang sangat penting khasiatnya untuk kesehatan dan kebugaran tubuh.
Dalam beberapa tahun terakhir, pangan fungsional dan nutraceutical telah menarik banyak perhatian, terutama karena dampaknya terhadap kesehatan dan pencegahan penyakit tertentu pada manusia. Menurut Arifin (2012) bahwa Pangan fungsional adalah pangan yang karena kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, diluar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya. Adapun menurut American Dietetic Association (ADA) dalam Arifin (2012), yang termasuk pangan fungsional tidak hanya pangan alamiah tetapi juga pangan yang telah difortifikasi atau diperkaya dan memberikan efek potensial yang bermanfaat untuk kesehatan jika dikonsumsi sebagai bagian dari menu pangan yang bervariasi secara teratur pada dosis yang efektif .
Menurut BPOM (2005) dalam Anonim (2013), pangan fungsional adalah pangan yang secara alamiah maupun telah’ diproses, mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan. Untuk dapat dikategorikan sebagai pangan fungsional, maka pangan tersebut haruslah bisa dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan atau minuman dengan karakteristik sensori seperti penampakan, warna, tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh konsumen serta tidak memberikan kontraindikasi maupun efek samping terhadap metabolisme zat gizi lainnya pada jumlah penggunaan yang dianjurkan. 
 Meskipun mengandung senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan, pangan fungsional tidak berbentuk kapsul, tablet, atau bubuk yang berasal dari senyawa alami. Pangan fungsional dibedakan dari suplemen makanan dan obat berdasarkan penampakan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Kalau obat fungsinya terhadap penyakit bersifat kuratif, maka pangan fungsional hanya bersifat membantu pencegahan suatu penyakit.
Peptida Bioaktif
Peptida bioaktif adalah bagian protein tertentu yang memiliki dampak positif pada fungsi dan kondisi tubuh dan akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan, dimana sebagian besar aktivitas biologis dienkripsi dalam urutan utama dari protein asli dan dapat dirilis oleh hidrolisis enzimatik dan proteolisis atau pengolahan makanan (Tidona et al., 2009). Peptida bioaktif telah diidentifikasi dalam urutan asam amino dari protein susu asli. reaksi hidrolitik, seperti yang dikatalisasi oleh enzim pencernaan, mengakibatkan terjadinya pembebasan peptida. Peptida ini mempengaruhi secara langsung banyak proses biologis yang membangkitkan perilaku, gastrointestinal, hormonal, imunologi, neurologis, dan tanggapan gizi (Clare and Swaisgood, 2000). Penambahan peptida bioaktif  berpotensi untuk produk makanan yang bisa meningkatkan keamanan konsumen sebagai akibat dari sifat antimikroba dari peptida (Jabbari et al., 2012) termasuk bersifat  antioksidatif (Xu et al., 2011). Peptida bioaktif juga dapat berfungsi sebagai produk perawatan kesehatan, memberikan nilai terapi untuk pengobatan infeksi ataupun pencegahan penyakit (Clare and Swaisgood, 2000) seperti penghambatan terhadap aktivitas ACE, aktivitas opioid-like, antitrombotik dan aktivitas mengurangi kolesterol (Gerdes et al., 2001)
Whey Sumber Peptida Bioaktif
Produk protein whey, seperti whey protein konsentrat dan whey protein isolat adalah bahan yang banyak digunakan dalam industri makanan karena sifat fungsional dan nutrisinya yang sangat baik (Jovanović et al., 2005).
Fraksi protein whey mewakili sekitar 18-20% dari total protein susu. Fraksi ini berisi empat protein utama: β-laktoglobulin (β-Lg), α-lactalbumin (α-La), serum darah albumin (BSA) dan imunoglobulin (Ig).. Selain fraksi protein utama, komponen minor fraksi ini adalah laktoferin, transferin darah, dan fraksi proteose-pepton (PP) dan laktoferoxidase (LP) (Tavaras and Malcata, 2013; Ko and Kwak, 2009). Fraksi-fraksi peptida whey telah banyak diteliti dan efektivitasnya sebagai pangan fungsional dan makanan kesehatan. Beberapa aktivitas komponen bioaktif whey berdasarkan hasil penelusuran Ko and Kwak (2009) tersaji dalam beberapa tabel berikut:
Tabel 1.   Aktivitas komponen bioaktif dalam produk whey sebagai ACE-inhibitor dan hipokolesterolemik
Komponen
Fungsi bioaktif
Referensi
Whey protein concentrates
(WPC), whey protein
isolates (WPI), and
derivatifnya
-          Konversi angiotensin - I untuk octapeptide angiotensin - II, yang merupakan vasopressor sangat ampuh.
-          Pengendalian tekanan darah tinggi dan hipertensi melalui pelebaran pembuluh darah
-          Reduksi serum high- density lipoprotein (HDL) kolesterol
-          Reduksi level kolesterol
Belem et al. 1999
Masuda et al. 1996
Mullally et al. 1997a


 Pihlanto - Leppälä et al. 1998
 Walsh et al. 2004


Sautier et al. 1983


Jacobucci et al. 2001
β -Lactoglobulin  dan
derivatnya
-          Peningkatan aktivitas ACE - inhibitor  peptida tryptic terhidrolisis dari β – Lg: f 142-148
-          β - Lg paling ampuh  berasal dari ACE –inhibitor peptida, Ala - Leu - Pro - Met - Nya - Ile - Arg
-          aktivitas ACE inhibitor :  f19 - 20, f19 - 21, f19 - 22, f19 - 23, f19 - 24, dan f19 - 25
-          Aktivitas radikal - scavenging karena kehadiran dan posisi Triptofan, Tyrosin, dan metionin
-          Aktivitas hipokolesterolemik dari f71 - 75 pada hewan coba
-          Reduksi kelarutan kolesterol misel dan penindasan penyerapan kolesterol
-          Aktivitas hipokolesterolemik dari β - laktoferin
-          Reduksi total dan level LDL + VLDL kolesterol dalam serum                                                                      
    Mullally et al. 1997a
Mullally et al. 1997b


     Ferreira et al. 2007
Mullally et al. 1997b


    Hernandez - Ledesma et al.
2007


-


     Hartmann & Meisel 2007
Morikawa et al. 2007

Nagaoka et al. 2001



Yamauchi et al. 2003

-
α  - lactalbumin dan derivatnya
-          Derivat peptida α - lactalbumin diperoleh melalui perlakuan pepsin
-          Efek antihipertensi α – lactorphin
-          Penghambatan produksi angiotensin – II dalam darah
-          aktivitas ACE – inhibitor f50 – 52
 Mullally et al. 1996


Nurminen et al. 2000
-

Pihlanto - Lepp ä l ä et al. 2000
Immunoglobulins
-          Pengurangan kolesterol plasma dan penurunan tekanan darah berikutnya pada pasien hiperkolesterolemia
    Sharpe et al. 1994


Tabel 2: Aktivitas anti kanker dari komponen bioaktif dalam produk whey

Komponen
Fungsi bioaktif
Referensi
Whey protein concentrates
(WPC), whey protein
isolates (WPI), dan
derivatifnya
-          Proteksi terhadap tumor kolon dan payudara (mammary).
-          Meningkatkan konsentrasi GSH untuk merangsang imunitas yang berasal dari  efek  antitumor
-          Penurunan sel tumor dengan konsentrasi GSH yang lebih tinggi
-          Perlindungan terhadap kematian sel yang diinduksi oksidan dalam garis sel epitel prostat manusia
    Hakkak et al. 2000
Rowlands et al. 2001



Bounous 2000

Parodi 1998


Kent et al. 2003
β -Lactoglobulin  dan
derivatnya
-           Sifat anti kanker dengan mengikat mutagenik  amina heterosiklik
-          Perlindungan terhadap perkembangan dugaan prekursor tumor pada dinding usus bagian belakang.
Yoshida et al. 1991



McIntosh et al. 1998
α  - lactalbumin dan turunannya
-          Induksi apoptosis yang mengganggu organisasi kromatin dalam inti sel
-          Pembatasan pembelahan sel baris dalam sel usus mamalia
-          Agen perangsang  elevasi dan apoptosis potensi Ca2+
-          Efek antiproliferasi pada sel baris kolon adenokarsinoma.
Duringer et al. 2003



Ganjam et al. 1997

Madureira et al. 2007


Sternhagen and Allen 2001
Lactoferrin and
Lactoferricin
-          Agen antikanker ampuh dalam mengobati pembentukan dan perkembangan tumor
-          Aktivitas anticarsinogenik akibat kemampuan dalam mengikat zat besi
-          Mengurangi resiko oksidan  terhadap induksi karsinoma
-          Menekan resiko adenokarsinoma kolon
-          Efektivitas penghambatan karsinogenesis pada usus tikus
-          Aktivitas anti kanker di berbagai organ seperti  kerongkongan, paru-paru, lidah, kandung kemih, dan hati
Gill and Cross 2000
Masuda et al. 2000


Wakabayashi et al. 2006



Weinberg 1996


Tsuda et al. 1998


Sekine et al. 1997c

        Iigo et al. 1999
Sekine et al. 1997b

Bovine serum albumin
-          Efek enzim anti kanker – BSA terhidrolisis terhadap senyawa genotoksik
-          Efektivitas BSA terhadap kanker payudara manusia sel garis MCF-7
Bosselaers et al. 1994



Laursen et al. 1990

Tabel 3.  Modulasi sistem kekebalan komponen bioaktif dalam produk whey

Komponen
Fungsi bioaktif
Referensi
Whey protein concentrates
(WPC), whey protein
isolates (WPI), dan
derivatifnya
-          Peningkatan respon immun spesifik dan non spesifik
-          Peningkatan level lympolitik GSH
-          meningkatkan efek immuno oleh sistein, glutamat, dan glisin dalam sintesis GSH
-          Donor sistein efektif untuk pengisian GSH
    Gomez et al. 2002

 
    Grey et al. 2003

    de Wit 1998
     Wong and Watson 1995

   
Lactoferrin and
lactoferricin
-          Modulasi proses antiinflamasi
-          Stimulasi sistem kekebalan tubuh karena peningkatan aktivitas makrofag serta induksi sitokin inflamasi, stimulasi proliferasi limfosit, dan aktivasi monosit
-          Aktivasi monosit, sel-sel pembunuh alami, dan neutrofil

-          Pembentukan kompleks Lipopolisakarida- LF dan
penghambatan berikutnya pada peradangan
-          Induksi sekresi IL - 8 oleh sel epitel untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, termasuk aktivitas sitotoksik limfosit
-          Peningkatan kekebalan mukosa
  Kijlstra 1990
          McCormick et al. 1991
          Potjewijd 1999
          Sorimachi et al. 1997
  Wakabayashi et al. 2006




        Ambruso and Johnson 1981
        Gahr et al. 1991
Nishiya and Horwitz 1982

        Na et al. 2004
Baveye et al. 1999



Kuhara et al. 2000




Debbabi et al. 1998
Immunoglobulin

-          Memperbaiki aktivitas immun


-          Mengurangi kerentanan terhadap penyakit
-          Peningkatan fungsi imunologi gastrointestinal  yang terkait dengan sel jaringan limfoid
-          Fungsi antigen – binding dan aktivitas protein G – binding dari   IgG1 dalam saluran usus.
        Li et al. 2006
        Facon et al. 1993
Mehra et al. 2006

Ormrod and Miller 1991


Ishida et al. 1992



Ohnuki and Otani 2006

Tabel 4.   Bioaktivitas rantai asam amino bercabang  dalam produk whey

Komponen
Fungsi bioaktif
Referensi
Rantai asam amino bercabang, yaitu leusin, isoleusin dan valin
-          Memperbaiki kekuatan otot
-          Tidak ada degradasi dalam hati
-          Langsung digunakan untuk sintesis protein dan produksi energi
-          Partisi ulang energi makanan dari jaringan adiposa ke otot rangka
-          Substrat untuk sintesis protein

-          Pembatasan secara positif kehilangan protein otot selama penuaan
-          Stimulasi sintesis protein otot dengan menyediakan energi metabolik melalui transaminasi
-          sintesis protein seluruh tubuh pada pasien dengan intra abdominal adenokarsinoma
-          Peningkatan kinetika leusin seluruh tubuh, pecahan tingkat sintesis albumin, dan keseimbangan leusin
-          Peningkatan sintesis protein otot melalui aktivasi langkah mengikat mRNA melalui inisiasi translasi
-          Stimulasi sekresi insulin melalui menyesuaikan konsentrasi sirkulasi  insulin
-          Peningkatan  secara cepat pada serum insulin dalam makanan pengurangan makanan.
-          Faktor yang mengatur asam amino dan metabolisme protein
-          Kehilangan berat badan pada obesitas, penurunan metabolisme di pasien trauma, dan perbaikan hasil klinis  pada pasien dengan sirosis lanjut
Laviano et al. 2005
Etzel 2004
Layman 2003

   Fouillet et al. 2002
   Garlick and Grant 1988
   Ha and Zemel 2003

   Buse and Reid 1975
   Dardevet et al. 2000
   Dardevet et al. 2000
   Katsanos et al. 2006
   Rieu et al. 2006
   Anthony et al. 2000a
   Anthony et al. 2000b


    Hunter et al. 1989
Tayek et al. 1986






    Anthony et al. 2000a
Anthony et al. 2000b

   Greiwe et al. 2001
   Malaisse 1984
   Peyrollier et al. 2000
 
   Anthony et al. 2002
  
 
   Lal and Chugh 1995
   Lobley 1992

   Bianchi et al. 2005

Tabel 5.  Kegiatan antimikroba dan antivirus komponen bioaktif dalam produk whey.

Komponen
Fungsi bioaktif
Referensi
β -Lactoglobulin  dan derivatnya














-          Aktivitas antimikroba peptida terhidrolisis untuk S. aureus, L. monocytogenes, Salmonella spp. dan E. coli O157
-          Efek antimikroba f15 - 20, f25 - 40, f78 - 83, dan f92 - 100 dari β - Lg oleh tripsin pencerna melawan bakteri Gram positif
-          Aktivitas bakterisida peptida termodulasi dari β - Lg via ditargetkan substitusi asam amino tertarget pada - organisme Gram positif dan gram negatif termasuk E. coli dan Bordetella bronchiseptica.
-          Efek antimikroba peptida terhidrolisis oleh enzim lain seperti alcalase, pepsin atau tripsin.
-          Pengaruh 3 - hidroksiphthaloyl - β - Lg pada immunodeficiency virus tipe 1 pada manusia
-          Aktivitas antivirus dari 3 - hydroxyphthaloyl - β - Lg terhadap virus herpes simplex tipe 1pada manusia, virus parainflinfluenza tipe 3 pada sapi, dan virus corona  pada saluran pernapasan babi.
Pellegrini et al. 2003




Pellegrini et al. 2001



Pellegrini et al. 2001






El - Zahar et al. 2004
Pihlanto - Lepp ä l ä et al. 1999


Berkhout et al. 1997
Neurath et al. 1997a
Neurath et al. 1997b


Oevermann et al. 2003



α  - lactalbumin dan turunannya
-          Tidak ada antimikroba α - La asli
-          Aktivitas antimikroba terhadap Gram  bakteri Gram positif f1 - 5 dan f17 - 31 disulfida - terikat f109 - 114 (melalui tripsin) dan f61 - 68 disulfida terikat f75 - 80 (melalui kimotripsin)
-          aktivitas modulasi kekebalan langsung terhadap Klebsiella pneumoniae pada tikus
Pellegrini et al. 1999


Pellegrini et al. 1999





Fiat et al. 1993
Lactoferrin dan
lactoferricin
-          Kemampuan bertindak sebagai agen antimikroba yang berkaitan dengan kemampuan pengkelat besi, sehingga merampas mikroorganisme dari sumber zat besi
-          Mengikat lipid lipopolisakarida A dari bakteri Gram negatif, dan selanjutnya merusak membran potensial dan integritas
-          Eliminasi endotoksin E. coli dalam usus

-          Aktivitas antimikroba terhadap Gram - positif dan Gram negatif termasuk bakteri E. coli, Salmonella typhimurium, Shigella dysenteriae, Listeria monocytogenes, Bacillus stearothermophilus, dan Bacillus subtilis
-          Aktivitas antimikroba terhadap infeksi H. pylori dan H. felis pada mencit
-          Aktivitas antimikroba terhadap Carnobacterium viridans pada suhu 4° C
-          Aktivitas antimikroba lactoferricin secara enzimatis berasal dari LF
-          Aktivitas antivirus melalui pengikatan membran LF dan pencegahan berikutnya dari penetrasi partikel virus ke dalam membran sel.
-          Efek antivirus terhadap virus simplex herpes
-          Efek antivirus terhadap cytomegalovirus
-          Efek antivirus terhadap virus human immunodefisiensiy
-          Efek antivirus terhadap simian rotavirus, HSV-1, dan sebagainya

-          Penghambatan reverse transcriptase HIV - 1
-          Redaman gejala inflamasi oleh infeksi virus influenza
-          Efek antivirus terhadap virus hepatitis C
Arnold et al. 1980
Arnold et al. 1977





Appelmelk et al. 1994
Nibbering et al. 2001



Dohler and Nebermann
2002

Batish et al. 1988
Payne et al. 1990
Saito et al. 1991




Dial et al. 1998


Al - Nabulsi and Holley 2005

Jones et al. 1994
Tomita et al. 1991

van der Strate et al. 2001




Fujihara and Hayashi 1995
Marchetti et al. 1996
Harmsen et al. 1995
Harmsen et al. 1995
Swart et al. 1996

Lubashevsky et al. 2004
Marchetti et al. 2004
Superti et al. 1997

Wang et al. 2000

Shin et al. 2005

Tanaka et al. 1999
Iwasa et al. 2002 
Immunoglobulin
-          Pengurangan infeksi mikroba pada susu formula diperkaya PIG
-          Perlindungan yang efektif terhadap infeksi mikroba pada manusia
-          Efektif melawan infeksi pada anak sapi yang disebabkan oleh enterotoksigenik
E. coli
-    Aktivitas antimikroba terhadap infeksi pada manusia yang disebabkan oleh enteropathogenic
-    Peningkatan kekebalan lokal di saluran cerna
-    Kemampuan untuk menghambat mikroorganisme enteropathogenic jinak yang tidak diserap dari saluran usus
-    Aktivitas antimikroba terhadap infeksi H.pylori
-    Pencegahan terhadap karies gigi yang disebabkan oleh streptococci kariogenik
-    Pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus enterik pada anak babi
Li et al. 2006


Facon et al. 1993

Moon and Bunn 1993



Freedman et al. 1998



Larson 1992


Goldsmith et al. 1983



Oona et al. 1997

Loimaranta et al. 1999


Schaller et al. 1992

Lactoperoxidase
-          Aktivitas antimikroba karena ion bertindak sebagai donor elektron
-          Katalisis oksidasi tiosianat (SCN -) dengan adanya H2O2 dan produksi lanjutan dari produk intermediat (hypothiocyanate, OSCN -) dengan sifat antimikroba
-          Sifat OSCN termasuk  kapasitas permeabilitas sel, penghambatan glikolisis, dan penghambatan NADH / NADPH bergantung reaksi pada bakteri
-          Peningkatan efek bakterisida dari H2O2 dengan adanya laktoperoxidase
-          Penghambatan karies gigi melalui mediasi pembunuh sel - patogen dalam rongga mulut
Touch et al. 2004


Pruitt et al. 1990






Reiter and Perraudin 1991




Reiter and Perraudin 1991


Reiter and Perraudin 1991
Lysozyme
-          Induksi sel lisis melalui  hidrolisis β - 1-4 linkage antara asam N -acetylmuramic dan residu 2 - asetil - deoksi - D - glukosa dalam dinding sel  bakteri
-          Aktif terhadap Bakteri Gram positif dan Gram negatif
Vannini et al. 2004


PENUTUP
            Whey sebagai produk samping sisa hasil pengolahan susu mempunyai potensi besar dalam pengolahan lanjut baik sebagai pangan fungsional maupun makanan kesehatan, karena mengandung zat bioaktif. Berbagai zat bioaktif yang  terkandung dalam whey seperti α-lactalbumin, β-lactalbumin, lactoferrin, immunoglobin merupakan protein potensial yang memiliki karakteristik biologis yang penting, baik dalam  menjaga kesehatan maupun sebagai obat, antara lain antihipertensi, antiinflamasi, antivirus, antimikroba dan antikanker.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

OPTIMASI BIOAKTIF PADA TELUR UNGGAS