OPTIMASI BIOAKTIF PADA TELUR UNGGAS
PENDAHULUAN
Dalam lingkup teknologi pascapanen
peternakan, teknologi pangan mempunyai peranan penting dalam pemanfaatan hasil
ternak sebagai bahan pangan, sejak saat panen hingga menjadi hidangan siap
konsumsi. Paradigma pembangunan peternakan di era globalisasi dewasa ini sudah
bergeser dari peningkatan produksi kearah peningkatan nilai tambah melalui
pemanfaatan hasil, sehingga tuntutan
terhadap pangan hewani akan terus meningkat baik jumlah, mutu, maupun variasi
bahan dan produknya, terlebih lagi globalisasi mensyaratkan kompetisi yang
ketat dalam perdagangan pangan. Sentuhan teknologi pangan diharapkan mampu
mengembangkan produk olahan hasil ternak yang inovatif dan berdaya saing tinggi
(Legowo, 2007).
Produk peternakan telah terbukti
merupakan sumber nutrisi yang lengkap dan seimbang. Salah satu produk
peternakan tersebut adalah telur. Telur ini memegang peranan penting sebagai
sumber nutrisi utama yang disukai oleh seluruh lapisan masyarakat. Telur
memiliki kandungan protein tinggi dengan asam amino yang lengkap, serta
kandungan vitamin dan mineral yang seimbang. Keunggulan yang dimiliki telur ini
berpotensi untuk dapat dijadikan sebagai produk pangan fungsional. Akan tetapi,
adanya anggapan sebagian orang bahwa telur berkontribusi terhadap asupan
kolesterol menuntut adanya rekayasa teknologi produksi, sehingga dapat
meningkatkan daya terima konsumen dan karakteristik fungsional.
Telur sebagai salah satu pangan hewani penggunaannya sangat
berkembang. Pemanfaatan telur
sebagai bahan pangan tidak hanya melalui pola konsumsi langsung, tetapi pada hampir semua produk olahan pangan memanfaatkan
telur, baik digunakan secara utuh, yaitu putih dan kuning telur, maupun
penggunaan terpisah yaitu putihnya saja atau kuningnya saja, dan penggunaan
komponen-komponen tertentu dari telur, misalnya lesitinnya saja. Dalam perkembangannya, disamping telah banyak
dilakukan teknik pengolahan telur untuk meningkatkan daya tahan serta kesukaan
konsumen, pengawetan dengan tujuan tertentu juga telah mulai dikembangkan
misalnya, dibuat tepung untuk digunakan dalam berbagai produk olahan pangan.
Hal menarik adalah sekarang ini telur telah dikembangkan untuk manfaat yang lebih besar, sebagai pangan
fungsional.
TELUR SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL
Pangan fungsional merupakan makanan yang
bermanfaat bagi kesehatan di luar nutrisi dasar atau bermanfaat bagi kesehatan
di luar zat gizi yang tersedia (de Roos,
2004 dalam Susanto dan Fahmi, 2012). Pangan
fungsional menurut Health Canada Shahidi
(2009) dalam Susanto dan Fahmi (2012)
didefinisikan sebagai produk yang menyerupai makanan tradisional tetapi
bermanfaat bagi kesehatan.
Berdasarkan Wikipedia Indonesia bahwa pangan
fungsional merupakan pangan alami atau pangan olahan yang mengandung komponen
bioaktif sehingga dapat memberikan dampak positif pada fungsi metabolisme manusia. Dalam dokumen konsensus “Scientific Concepts of Functional
Foods in Europe” yang
dikeluarkan oleh European
Commission Concerted Action on Functional Food Science in Europe (FUFOSE) mendefinisikan pangan dapat
dikatakan memiliki sifat fungsional jika terbukti dapat memberikan satu atau
lebih manfaat terhadap target fungsi tubuh (selain fungsi gizi normalnya) dengan cara
yang relevan dapat memperbaiki status kesehatan dan kebugaran serta menurunkan risiko penyakit.
Penggunaan telur sekarang ini tidak hanya
sekedar ditujukan sebagai penyedia kebutuhan gizi sehari-hari. Teknologi
industri peternakan unggas yang semakin maju berimplikasi pada produksi telur
yang semakin tinggi, sehingga menjadi pendorong dimulainya pengolahan telur
mengarah pada produk yang lebih berkualitas.
Produk-produk bioaktif yang bersumber dari telur telah mulai
dikembangkan. Perkembangan penelitian bioteknologi telah menjadi dasar
penggalian telur kepada penelitian lebih mendalam tentang manfaat yang lebih
besar dari telur dan prospeknya dimasa depan (Chen and Ji-Lan, 2009).
Filosofi
yang mendasari sehingga telur memiliki potensi besar untuk diteliti
lebih lanjut adalah bahwa telur mengandung komponen-komponen yang sangat
penting untuk kehidupan. Embrio yang menempati ruang dalam telur, yang kemudian
memanfaatkan seluruh kandungan telur hingga mampu membentuk seekor individu
yang sempurna sebagai seekor hewan. Oleh
para ahli kemudian komponen telur ini diamati dan dipelajari selama bertahun-tahun,
dan diperolehlah penemuan tentang kandungan bioaktif dari telur untuk kebutuhan
nutrisi, kesehatan dan bioteknologi (Anton et
al., 2005). Pesatnya pertumbuhan bioteknologi, pertanian, dan industri
makanan mengarah ke generasi yang membutuhkan protein berkualitas tinggi dalam
jumlah besar yang berasal dari telur
maupun dari by-product yang dapat
digunakan untuk konsumsi manusia dengan dikonversi menjadi produk dengan nilai
tambah dengan tujuan peningkatan gizi dan sifat fungsional (Graszkiewicz et al., 2010)
Prof. Tadeusz Trziszka dari Wroclaw University telah mempelajari sifat bioaktif
telur dan mulai mengembangkan telur untuk nutreutical
dan preparasi biomedical [http://ovocura.agena.kei.pl/userfiles/ST6%20Ovocura%20Project_10796%20Pro_POST%20SIGN%20OFF%20AMEND.pdf].
Senyawa bioaktif adalah: " Senyawa yang
memiliki kapasitas dan kemampuan untuk berinteraksi dengan satu atau lebih komponen
dari jaringan hidup dengan menghadirkan berbagai kemungkinan efek ". Asal
zat ini dapat alami berasal dari darat atau air; tanaman, hewan atau sumber
lain ( misalnya mikroorganisme ) atau sintetik, sebagian atau seluruhnya.
(Guaadaou, 2014).
1. Kerabang Telur dan Membran Telur
Cangkang telur dan membran merupakan bahan
limbah murah dan berlimpah yang menunjukkan karakteristik menarik untuk banyak
aplikasi potensial. Cangkang ini dibentuk terutama oleh kalsium karbonat (CaCO3)
dan digunakan secara luas sebagai pakan ternak, pengganti kapur (Ca(OH)2
) atau pupuk. Selain itu, membran kulit telur memiliki kandungan komponen
bioaktif tinggi, serta sifat retensi kelembaban dan biodegradasi yang memiliki
potensi untuk digunakan dalam aplikasi klinis, comestic, nutraceutical dan
nanoteknologi. Membran kulit telur juga telah digunakan untuk bioasorpsi logam
berat dan pewarna dan sebagai template untuk mensintesis nanopartikel logam.
Kombinasi biomaterial nanosized
kalsium fosfat (Ca3(PO4)2) disintesis dari
cangkang telur dan cangkang membran menunjukkan harapan untuk mengembangkan
sistem pengiriman obat dan kawat nano untuk perangkat elektronik . Selain itu,
produk turunan, protein membran kulit telur larut (Soluble Egg membran Protein = SEP) memiliki aplikasi dalam rekayasa
jaringan (Christianne and Maxwell, 2011). Pemanfaatan cangkang telur juga telah
dilakukan sebagai sumber asam sialat (Nakano et al., 1994). Asam sialat
adalah zat gizi golongan karbohidrat yang banyak ditemui dalam susunan saraf manusia,
termasuk di otak. Di otak asam sialat akan berikatan dengan DHA dan sfingosin
(sejenis zat lemak) untuk membentuk zat baru bernama gangliosida. Gangliosida
merupakan komponen utama membran sel yang terkandung dalam jumlah besar di
susunan saraf manusia, terutama otak. Gangliosida dianggap berperan
penting dalam proses belajar dan pembentukan memori anak. Asam sialat bisa didapatkan bayi dari ASI (Anonim,
2007).
Cangkang dan membran telur menurut
King’ori (2011) mempunyai berbagai kegunaan, antara lain sebagai pupuk yang
memasok kalsium dan amandemen untuk tanah asam. Obat untuk osteoporosis dan
motilitas bersama penyakit. stabilizer tanah untuk digunakan sebagai bahan
bangunan. Suplemen kalsium untuk lapisan hybrid di akhir tahap produksi
yang meningkatkan produksi telur dan meningkatkan kualitas shell. Dalam karya seni untuk produksi mosaik dan
sebagai perekat dalam alat musik. Dalam kosmetik dan operasi akibat terbakar di mana dapat meningkatkan
penampilan kulit (operasi plastik). Dalam ortopedi dan kedokteran gigi sebagai
bantuan pengobatan. Dalam pengobatan pasien kanker untuk meningkatkan jumlah
otot dan penebalan rambut. Dalam olahraga gizi untuk meningkatkan
kinerja atlet. Dalam industri makanan sebagai pemberi rasa makanan.
Dalam fotografi untuk produksi alat bantu fotografi.
2. Putih
telur
Putih telur mengandung
sejumlah protein dengan menunjukkan aktivitas antimikroba yang bertindak
sebagai bagian dari sistem pertahanan alami dari telur. Beberapa komponen putih
telur antara lain adalah lisozim, ovalbumin, ovotransferrin dan avidin (Mine
and Kovacs-Nolan, 2005; Yu et al.,
2014), ovomucoid, avidin, cystatin, ovoinhibitor, lipoprotein glycoprotein (Yu et al., 2014). Sifat anti-adhesif yang
dapat diperoleh dari ovomucin (Mine and Kovacs-Nolan, 2005). Activitas
immunomodulasi oleh ovalbumin. Anti kanker oleh ovomucin yaitu β-ovomucin diketahui mempunyai efek cytotoxic
pada culture sel tumor dengan menghambat
pertumbuhan dan merusak sel pada sel sarcoma, sedangkan α-ovomucin
mempunyai efek antitumor pada double-grafted
tumor system (Hiidenhovi, 2007).
Putih telur memiliki
aplikasi dalam diet lansia karena mudah dicerna dan mudah melepaskan asam amino esensial.
Lisozim, dari protein telur, digunakan sebagai pengawet alami makanan dan
ditambahkan ke pasta gigi, obat kumur dan permen kunyah (chewing gum) untuk mencegah infeksi gusi (Anonymous, 2008)
Beberapa protein putih
telur telah ditemukan memiliki sifat antibakteri. Lisozim dan avidin sekarang
sedang dipisahkan secara komersial menggunakan pertukaran resin kation untuk
beberapa aplikasi. Samuelson et al.,
(1985) dalam Froning (1998) menemukan
bahwa kombinasi lisozim dan EDTA efektif terhadap Salmonella typhimurium yang terdapat pada kaki broiler. Avidin
(sistem avidin-biotin) digunakan secara luas sebagai alat diagnostik medis. Ada
kemungkinan banyak kesempatan untuk menggunakan protein putih telur untuk sifat
antibakteri karena telah dimilikinya teknologi untuk memisahkan protein putih
telur komersial (Froning, 1998).
Penelitian yang telah
dilakukan oleh Cegielska-Radziejewska et al. (2008) terhadap monomer
lisozim memperlihatkan aktivitas antibakteri yang kuat terhadap organisme
Gram-positif. Keadaan ini menunjukkan aplikasi praktis dalam industri
pengolahan makanan, dalam bidang kedokteran dan industri farmasi. Mereka
merekomendasikan menggunakan lisozim dalam industri pengolahan makanan
dihubungkan terutama dengan aplikasinya sebagai pengawet alami. Dalam aplikasi
industri pangan enzim ini banyak digunakan sebagai pengawet untuk daging, ikan
dan produk-produk olahannya, untuk susu dan produk susu, serta untuk buah dan
sayuran. Industri farmasi menggunakan enzim ini dalam pembuatan obat-obatan
ajuvan untuk antibiotik dan analgesik, digunakan juga dalam pengobatan infeksi
virus dan bakteri, dalam pengobatan leukemia dan penyakit neoplastik. Lisozim
juga digunakan sebagai agen diagnostik, menjadi indikator kejadian dan
perkembangan perubahan patologis pada manusia dan hewan. Sedangkan dimer
lisozim sebagai bentuk modifikasi juga telah dilakukan oleh Ibrahim et al. (1991; 1996), Lesnierowski et al. (2004) dan Kijowski et al.(2006) dalam Cegielska-Radziejewska
et al. (2008) memperlihatkan aktivitas spesifik baru dalam
kaitannya dengan bakteri Gram-negatif. Dijelaskan bahwa sebagai hasil dari
dimerisasi, lisozim tidak memperlihakan kehilangan aktivitas terhadap bakteri
gram-positif. Bentuk dimer lisozim telah digunakan dalam pengobatan bakteri dan
penyakit hewan virus. Sebuah obat yang diproduksi atas dasar lisozim dimer
menunjukkan aktivitas imunostimulan dan immunocorrective.
Industri makanan terus memanfaatkan
lebih banyak antioksidan alami. Negbenebor dan Chen (1985) dalam Froning (1998) mengamati bahwa penambahan putih telur ke
daging unggas giling menurunkan nilai oksidasi selama pemasakan. Dalam studi
lain, Froning et al. (1986) mengamati bahwa conalbumin adalah antioksidan yang
efektif ketika ditambahkan ke daging kalkun giling.
Edible film, yang dapat mengikat
antioksidan, antimikroba dan rempah-rempah, dapat dibuat dari putih telur,
sebagai paket larut air (kantong) untuk bahan dalam industri makanan, kimia,
dan farmasi (Froning, 1998).
Secara khusus Yu (2014) merangkum
fungsi putih telur dengan sifat dan fungsi biologinya sebagaimana Tabel berikut:
Tabel 1, Karakteristik Protein Telur
Protein
|
Berat molekul (Da)
|
pI
|
Functional or
biological properties
|
Utilitas
|
Ovalbumin
|
45 000
|
4.5
|
Aktivitas Antihipertensi;
aktivitas antimikrobial;
Aktivitas antioxidant; Menghambat –glucosidase
|
ACE inhibitor
|
Ovotransferrin
|
76 000
|
6.1
|
Aktivitas antimicrobial;
Activitas antioxidant
|
Immunomodulatory therapy
|
Ovomucoid
|
28 000
|
4.1
|
Penghambat trypsin; penghambat Catalase
|
Pemberian insulin atau protein secara oral
|
Ovomucin
|
(5.5–8.3) × 106
|
4.5–5
|
Menghambat absorbsi cholesterol
|
Probe untuk mendeteksi bacteria
|
Lysozyme
|
14 300
|
10.7
|
Aktivitas antimikrobial; aktivitas anti-HIV; aktivitas antitumor
|
Pengawet pangan alami; Perawatan kesehatan mulut
|
G2 globulin
|
(3.0–4.5)×104
|
5.5
|
Tidak ada laporan data
|
Tidak ada laporan data
|
Ovoinhibitor
|
49 000
|
5.1
|
Penghambat serine proteases
|
Tidak ada laporan data
|
Ovoglycoprotein
|
24 400
|
3.9
|
Tidak ada laporan data
|
Probe untuk mendeteksi bakteri
|
Ovoflavoprotein
|
32 000
|
4
|
Tidak ada laporan data
|
Tidak ada laporan data
|
Ovomacroglobulin
|
(7.6–9.0)× 105
|
4.5
|
Tidak ada laporan data
|
Tidak ada laporan data
|
Cystatin
|
12 700
|
5.1
|
Tidak ada laporan data
|
Tidak ada laporan data
|
Avidin
|
68 300
|
10
|
Tidak ada laporan data
|
Pengobatan kanker
|
Phosvitin
|
36000–40000
|
Tidak adal laporan data
|
aktivitas Antiosidant;
aktivitas pengkelat logam ;
aktivitas emulsifikasi;
antibvitas antimikrobial
|
Pengikat besi dan kalsium
|
3.
Kuning
telur
Telah
berlaku umum bahwa telur selain menjadi sumber makanan sehari-hari, juga dapat
digunakan sebagai bahan baku makanan khusus, nutraceutical, farmasi dan produksi kosmetik. Aktivitas biologis
sebagian besar zat yang disajikan dalam materi telur berhubungan dengan sifat
anti - mikroba dan anti - kanker serta fitur imunogeniknya. Karena penggunaan
aditif pakan generasi baru dan teknik imunisasi ayam, komposisi kimia dan
biologis telur dapat dimodifikasi dan diperkaya dengan komponen yang
diinginkan, seperti asam lemak n-3 (asam alfa-linolenat (ALA), asam
docosahexaenoic (DHA), fosfolipid, vitamin, mikronutrisi. Bahan telur juga
dapat digunakan untuk produksi biopreparation
baru untuk profilaksis berbagai
penyakit peradaban, seperti jantung dan penyakit kardiovaskuler, kanker,
gangguan neurogeneratif, penyakit
metabolik tulang dan lain-lain. kemajuan ilmu pengetahuan telur yang baru
diperbolehkan untuk menemukan zat bioaktif baru, seperti monomer dan dimer
cystatin dan yolkin. Sekarang diperlukan metode untuk mengembangkan isolasi zat
aktif biologis efisien yang terkandung dalam telur, yang akan memungkinkan
untuk menghasilkan generasi baru suplemen diet dan produk biomedis. Tampaknya
generasi baru telur bisa menjadi sumber yang terbaik untuk produksi alami ,
suplemen diet nutraceutical bernilai
tinggi, dan juga persiapan biomedis dan biocosmetic. Pemanfaatan kuning telur
terutama dalam bentuk tepung adalah dengan dibuat tepung kuning telur
fungsional, seperti lecithin (Trziszka et
al., 2013).
Kuning
telur sangat kaya zat aktif, misalnya phosvitin, IgY, fosfolipid atau vitamin
yang digunakan dalam berbagai industri, termasuk farmasi, kosmetik dan industri
makanan [24]. Phosvitin, yang mewakili 25% dari high-density lipoprotein (HDL)
dalam fraksi granular dan protein utama IgY dari plasma fraksi λ-livetin di
kuning telur memiliki sifat biologis
sangat menarik. Phosvitin, karena komposisi asam amino yang unik (lebih dari
55% dari residu asam amino serin) dan tingginya kandungan fosfor, mampu
membentuk kompleks ion dengan berbagai
logam, seperti P +, Na +, Mg2 +, Mn2 +,
Co2 +, Fe3 +. Karena sifat pengkelat ini, phosvitin
menunjukkan antioksidan kuat dan aktivitas antimikroba. Phosvitin juga dianggap
faktor dalam mencegah penyakit yang disebabkan oleh stres oksidatif, seperti
usus kanker atau penyakit Alzheimer. Tugas utama dari IgY, terdapat dalam
jumlah 8-20mg/ml dalam kuning telur, adalah untuk memberikan kekebalan humoral
yang efektif pada anak terhadap patogen burung yang paling umum sampai iremergence dalam sistem kekebalan tubuh
mereka sendiri. Selain itu, IgY memungkinkan pengobatan penyakit bakteri dan
virus tertentu dalam peternakan ketika pengobatan konvensional mengalami kegagalan
(Eckert et al., 2013).
Lu dan Baker
(1986) dalam Froning (1998) mencatat
bahwa phosvitin (protein kuning telur dengan kemampuan mengikat logam) adalah
antioksidan yang efektif. Produk lain yang diperoleh dari kuning telur adalah protein
kompleks yang dikenal sebagai yolkin yang telah dikembangkan oleh OVOCURA project, adalah peptida dengan berat
molekul 4 – 36 kDa. Komposisi asam aminonya dikarakteristikkan dengan kandungan
residu asam amino tinggi dan dengan kandungan methionin rendah.
PENUTUP
Telur
tidak saja dijadikan sebagai sumber nutrisi harian, tetapi penelitian dan
pengamatan terhadap berbagai kandungannya menjadikan telur sebagai sumber
berbagai manfaat, mulai dari pemanfaatan sifat fungsional protein telur untuk
aplikasi pangan, hingga pemanfaatan telur sebagai bioactive, pangan fungsional
dan berbagai manfaat lain.
Komentar
Posting Komentar